11/11/2015

Mahaputra Episode 238


Di desa, Pangeran Pratap segera menemui gurunya yg terkapar karena terluka di dalam gubuk, tubuhnya bersimbah darah, Pangeran Pratap segera meletakkan kepala gurunya di pangkuannya “Pangeran Pratap, pasukan Mughal telah berhasil menerobos masuk pintu keamanan kita” Pangeran Pratap sangat geram melihat kondisi guru & daerah perbatasan kerajaannya yg mulai porak poranda, tak lama kemudian Guruji meminta minum, Pangeran Pratap segera keluar dari gubuk tersebut berusaha mencari air, ketika Pangeran Pratap keluar dari gubuk itu, pasukan Jalal melihat Pangeran Pratap “Lihat itu Pangeran Pratap! Tangkap dia! Maka yg Mulia Raja Jalal akan membuat kita kaya!” Pangeran Pratap segera berlari & menghindari pasukan Mughal, Pangeran Pratap berhasil lolos dari pasukan Mughal & kembali ke gubuk dimana gurunya berada dgn sebuah kendi berisi air utk Guruji, Pangeran Pratap berusaha utk membersihkan luka di tubuh Guruji “Semua orang akhirnya harus meninggalkan dunia ini suatu hari nanti, pangeran” ujar Guruji lemas “Aku bersumpah di depanmu, Guru, kalau aku akan terus mempertahankan Mewar sampai titik darah penghabisan!” kemudian Pangeran Pratap bertanya tentang barood (bubuk mesiu), Guruji segera menunjukkan dimana barood itu berada, 8u

Pangeran Pratap bergegas mengambilnya “Guruji, aku mohon, jangan tidur! Aku akan kembali nanti!” ujar Pangeran Pratap & segera keluar dari gubuk tersebut, diluar Pangeran Pratap berusaha menjebak pasukan Mughal dgn bubuk mesiu yg di taruhnya di tanah hingga membuat sebuah garis yg memanjang, kemudian Pangeran Pratap berusaha membuat api dari dua buah batu yg hentakkan bersama sama, pada saat yg bersamaan pasukan Mughal melihat keberadaan Pangeran Pratap “Lihat itu, Pangeran Pratap! Tangkap dia!” prajurit segera berlari mendekat ke arah Pangeran Pratap, Pangeran Pratap pun langsung berlari mendekat ke arah bubuk mesiu tersebut, para prajurit itu segera mengitari Pangeran Pratap sambil tertawa senang karena akhirnya mereka bisa menangkap Pangeran Pratap yg saat itu tdak memegang senjata apapun, sedangkan pasukan Mughal bersenjata lengkap,

Dari kejauhan Jalal & Bhairam Khan melihat kejadian ini sambil tertawa senang. Namun tak lama kemudian, Pangeran Pratap langsung melempar batu yg dibawanya sedari tadi & batu itu tepat mengenai batu besar yg telah di hentakkannya tadi, sedetik kemudian batu itu menimbulkan api & meledakkan mesiu yg ada di sekitar prajurit Mughal, satu per satu prajurit Mughal pun tumbang sementara Pangeran Pratap langsung tiarap begitu melemparkan batu tersebut, hanya Pangeran Pratap yg selamat dgn api di tangannya, Jalal & Bhairam Khan merasa geram melihat kondisi Pangeran Pratap yg baik baik saja. Sementara itu ketiga raja sekutu Jalal juga melihat Pangeran Pratap dari kejauhan di atas kuda mereka masing masing “Sekarang kita harus menjebak, Pangeran Pratap!” ujar Nasir, sedangkan dari tempat Jalal, Bhairam Khan semakin geram melihat Pangeran Pratap “Lihat, Jalal! Pangeran Pratap itu sendirian dia mampu melumpuhkan pasukannya sebegitu banyaknya” ujar Bhairam Khan Pangeran Pratap kembali ke gubuk, ke tempat gurunya terkapar “Guruji, aku akan membawa kamu ke tempat yg terdekat yg aman, dgn begitu aku bisa melawan pasukan Mughal yg lain!” ujar Pangeran Pratap, tiba tiba Guruji meminta air kembali,

Pangeran Pratap berusaha mencari air di luar namun ketika hendak menuju ke gubuk satunya, tiba tiba kalung Ajabde yg di kenakan di lehernya tersangkut pada sebuah bambu, sejenak Pangeran Pratap berhenti & menoleh ke belakang & dilihatnya kalungnya tersangkut, tepat pada saat itu Pangeran Pratap melihat ada dua penjaga yg sedang berjaga di depan sebuah gubuk melalui sebuah jendela & dilihatnya di dalam gubuk tersebut ada setumpuk persenjataan yg disimpan disana, Pangeran Pratap langsung melumpuhkan kedua penjaga itu dgn sepatunya yg di ujungnya terdapat tombak kecil, kedua penjaga itupun segera tewas seketika itu juga, Pangeran Pratap segera masuk ke dalam gubuk tersebut kemudian mengambil kendi yg berisi air & bergegas menemui gurunya, setelah selesai memberikan minum, Pangeran Pratap bertanya pada Guruji tentang Chakrapani “Aku tdak akan pergi kemana mana tanpa Chakrapani” ujar Pangeran Pratap sedih “Pangeran, lebih baik, pertama tama kamu harus menyelamatkan dirimu sendiri demi tanah air kita & ini adalah perintahku!” namun Pangeran Pratap menolak, Pangeran Pratap tetap berusaha utk menyelamatkan gurunya & Chakrapani.

Sementara itu di kerajaan Mewar, dari jendela keluarga kerajaan Mewar yg saat itu sedang mengadakan perayaan Johar, mendengar dentuman & awan hitam yg mengepul sebagai tanda ledakkan di daerah perbatasan Peragarh, semua orang terjekut & khawatir dgn keadaan Pangeran Pratap “Aku akan pergi kesana! & kamu Rawal Ji amankan Mewar!” ujar Raja Uday Singh, pada saat yg sama Pangeran Pratap akhirnya bisa menemukan Chakrapani yg sedang terkulai lemas di pojokkan sebuah gubuk, Pangeran Pratap berusaha membangunkan Chakrapani “Chakrapani, kita harus segera meninggalkan tempat ini secepatnya!” Pangeran Pratap segera membawa Chakrapani keluar dari tempat itu namun beberapa pasukan Mughal melihat Pangeran Pratap, mereka segera mengejar Pangeran Pratap, Pangeran Pratap berusaha menghindar kemudian kembali membunuh prajurit itu & Chakrapani di letakkannya di dalam sebuah gubuk yg lain, kemudian Pangeran Pratap kembali menemui gurunya

Di tempat sekutu Jalal yg masih terus memantau keadaan di perbatasan mendapat laporan dari salah satu prajuritnya “Kami sudah mengecek semua gubuk tapi kami tdak bisa menemukan Pangeran Pratap dimanapun!” ketiga Raja sekutu Jalal merasa semakin geram, Pangeran Pratap sendiri sudah berada di gubuk tempat gurunya “Pangeran Pratap, bagaimana kamu bisa bertarung dgn pasukan Mughal yg ada disini?”, “Aku tdak bertarung sendirian, guru” ujar Pangeran Pratap “Aku tdak bisa berdiri diatas kakiku sendiri” ujar Guruji “Guru, aku akan membuat sebuah rencana utk itu! Kita harus hidup utk tanah air kita!” ujar Pangeran Pratap geram “Aku bangga padamu, pangeran” puji Guruji “Aku harus membawa Chakrapani juga!”, “Hidup Mewar! Hidup Mewar! Hidup Mewar!” ujar Guruji,

Pada saat itu Chakrapani berhasil di tangkap oleh ketiga raja sekutu Jalal & para prajuritnya, Chakrapani yg telah lemas & tdak berdaya menjadi bual bualan mereka, Chakrapani hanya bisa mengerang menahan sakit, tak lama kemudian Pangeran Pratap sudah muncul di depan mereka bersama dgn Guruji, rupanya Pangeran Pratap mengikatkan tubuh Guruji di tubuhnya sehingga Guruji bisa berdiri & ikut bertarung dgnnya, pertarungan diantara mereka pun tak terelakkan, dgn gagah berani & sekuat tenaga Pangeran Pratap & Guruji berusaha melumpuhkan pasukan Nasir & pasukan Mughal yg mengepung mereka, Nasir sangat marah melihat pasukannya tumbang “Aku akan bertarung dgn Pangeran Pratap!” Nasir segera maju ke depan menghadap ke Pangeran Pratap & bertarung dgnnya, Pangeran Pratap berhasil membunuh Nasir, sementara dua temannya bersembunyi ketika salah satu teman Nasir berusaha melemparkan sebuah belati, ternyata tubuhnya malah tewas di depan Pangeran Pratap, rupanya bala tentara Raja Uday Singh telah tiba disana & membantu Pangeran Pratap, salah satu teman Nasir yg masih hidup segera melarikan diri ketika melihat Pangeran Pratap mendapat bantuan

Setelah semua kondisi aman, Pangeran Pratap sangat berterima kasih dgn kedatangan ayahnya namun sayangnya Guruji malah terkulai lemas setelah pertarungan yg menguras tenaganya, Pangeran Pratap sedih & menangis “Tenang, Pangeran Pratap, gurumu masih hidup!” ujar Raja Uday Singh, kemudian Raja Uday Singh memerintahkan agar Guruji segera di obati, Pangeran Pratap sangat berduka ketika melihat hasil dari peperangan, dimana banyak mayat mayat yg bergelimpangan, Pangeran Pratap melihat mayat teman temannya yg tewas demi mempertahankan perbatasan kerajaan, Pangeran Pratap menangis sedih, apalagi ketika melihat mayat Rana Kheta Ji yg tewas tertindih sebuah beton bundar memanjang yg menimpa tubuhnya, Pangeran Pratap segera mennyingkirkan beton itu & teringat akan sumpah yg mereka lakukan berdua antara dirinya & Rana Kheta Ji, Pangeran Pratap kembali bersumpah di depan mayat Rana Kheta Ji utk terus mempertahankan Mewar kemudian mencium tangan Rana Kheta Ji yg bersimbah darah, Raja Uday segera menghampiri Pangeran Pratap & memberikan dukungan pada Pangeran Pratap sambil memegang bahunya seraya berkata “Mereka telah mengorbankan diri mereka demi tanah air kita, Pangeran Pratap” ujar Raja Udhai Singh “Kerajaan Marwar harus membayar ini semua, ayah, mereka harus membayarnya!” ujar Pangeran Pratap geram. BACA SELANJUTNYA || Mahaputra Episode 239